Title | : | Bisakah Jokowi Pecat Anies 2 Kali untuk Kesalahan yang Sama? |
Duration | : | 09:12 |
Viewed | : | 1,726 |
Published | : | 25-12-2019 |
Source | : | Youtube |
Cuplikan berita lama ini menunjukkan, bahwa setelah dipecat Jokowi, Anies tetap saja melakukan ‘kesalahan favorit’ yang sama, bahkan dengan segala power Jakarta yang maha hebat seperti yang kerap digembar-gemborkan oleh dirinya tersebut.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, bisakah Anies kembali dipecat Jokowi atas kejumudannya yang terus saja melakukan kesalahan fatal yang itu-itu juga?
Berikut ulasannya…
Dilansir dari Tribun, Hasbiallah Ilyas, anggota Komisi D DPRD DKI dari Fraksi PKB, mengaku kini paham alasan Jokowi memecat Anies Baswedan.
Anies dipecat Jokowi dari jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Saya baru paham alasan Jokowi setelah banjir di Jakarta dua hari ini. Ini toh alasannya," ujar Hasbi ketika dihubungi Wartakotalive.com, Selasa (6/2/2018).
Jakarta kembali mengalami banjir akibat tingginya debit air Sungai Ciliwung sejak Senin (5/2/2018), dan belum sepenuhnya surut sampai Selasa (6/2/2018).
"Beliau (Anies) ternyata tak punya skala prioritas dalam bekerja," kata Hasbi.
Menurut Hasbi, Anies lalai memprioritaskan masalah banjir dalam program-program pertamanya, padahal mulai menjabat menjelang puncak musim hujan.
"Ini malah penataan Tanah Abang didahulukan, becak lah diurusin," ucap Hasbi.
Menurut Hasbi, banjir di Jakarta selama dua hari ini sebenarnya bisa tak terjadi, apabila Anies cepat mengatasi masalah pembebasan lahan yang belum rampung di Sungai Ciliwung.
"Banjir dua hari ini di Pejaten Timur, Rawajati, dan lainnya itu, karena ada bagian Sungai Ciliwung yang belum ditutup sheet pile (turap). Penyebabnya karena pembebasan lahan belum rampung, sehingga BBWSCC belum bisa bekerja memaksimalkan penurapan," tutur Hasbi.
Padahal, kata Hasbi, sejak November 2016 lalu usulan-usulan itu sudah masuk ke meja Anies, tetapi tak ditanggapi.
"Begini nih kalau gubernurnya cuma bisa cengar-cengir saja. Presiden Jokowi dulu melakukan langkah tepat dengan memecat Anies dari jabatan Menteri Pendidikan. Kayak begini kerjanya, kok," tutur Hasbi.
Sekian lama berselang, tetap saja kondisi tersebut tak berubah di tangan Anies, hingga akhirnya membuat Jokowi urun bicara.
Sialnya, bukannya berterima kasih, Anies malah bersikap songong dan kurang ajar melalui anak buahnya, yang tentu saja lengkap dengan narasi yang seolah-olah menyatakan betapa hebatnya kinerja mereka.
Sayangnya, semua klaim kehebatan kinerja tersebut lagi – lagi berakhir hanya sebagai seolah-olah belaka.
Berdasarkan data yang terhimpun, semua saran jokowi yang diklaim telah dilakukan tersebut faktanya justru amat berkebalikan.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan Kompas, kondisi Waduk Pluit di Jakarta Utara justru amat memprihatinkan. Air waduk tampak dangkal. Bahkan di pinggir waduk terlihat endapan lumpur yang mencuat ke tanah.
Sampah terlihat bertebaran di antara endapan lumpur tersebut. Di sejumlah lokasi, eceng gondok mulai tumbuh di permukaan waduk.
Di pinggir waduk, terdapat beberapa alat berat yang tidak beroperasi.
Menurut warga, alat berat di sana biasanya digunakan untuk mengeruk lumpur dan mengangkut sampah.
Kompas.com juga menengok Waduk Jagakarsa di Jalan Raya Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Dari pantauan, kondisi Waduk Jagakarsa tampak kotor. Air waduk keruh. Rumput liar tumbuh di seluruh pinggiran waduk.
Sampah juga menumpuk di pinggiran waduk, mulai dari dedaunan, kantong plastik, botol plastik, kertas, hingga bongkahan batang pohon pisang di permukaan waduk.
Begitu pula dengan buruknya sistem drainase kota di DKI seperti yang diungkap Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, yang menilai tergenangnya sejumlah jalan protokol di Jakarta akibat buruknya sistem drainase di Ibu Kota karena hanya 33 persen saja yang berfungsi dengan baik.
"Terlepas dari derasnya hujan, hal ini menunjukkan bahwa sistem drainase kota kita masih buruk."
"Ini merupakan banjir lokal yang diakibatkan buruknya sistem drainase kota, yang memang hanya sekira 33 persen yang berfungsi baik saat ini.”
Pun dengan normalisasi waduk yang sepertinya makin jauh dari kata rampung serta semakin lama malah semakin menyempit.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah mengakui belum bisa merampungkan normalisasi sungai Ciliwung-Cisedane hingga 100 persen. Saat pembebasan lahan terkendala, kata dia, justru terjadi penyempitan luas sungai meskipun pengerukan masih dilakukan.
"Seharusnya, sungai kan semakin lebar dan luas. Nah, Ciliwung-Cisadane justru semakin lama semakin kecil. Idealnya 40-50 meter, tapi nyatanya ya bisa lihat sendiri.”
Dari data BBWSCC, panjang Sungai Ciliwung di wilayah DKI Jakarta yang rencananya dilakukan normalisasi adalah 19,9 kilometer. Sementara rencana pembuatan tanggul mencapai 33,69 kilometer.
"Kalau targetnya 33,69 kilometer tanggul, tapi baru terealisasi 16,19 kilometer.”
Ambyar semua.
SHARE TO YOUR FRIENDS
Scan me